Moment hebat dan terbaik saat kita mempunyai bayi ataupun balita, tentunya banyaaaaak jumlahnya. Tersimpan dalam album di android kita.
Saat bermain dengan buah hati, saat memandikannya, bahkan saat melihatnya tidur pulas saja, sudah bisa membuat kita terkagum-kagum.
Tapi akan tiba saatnya, bayi atau balita kita mengalami sakit panas. Baik sesudah mendapatkan imunisasi, maupun saat terkena perubahan cuaca atau virus.
Hati bunda terasa koyak-moyak. Serasa separuh jiwa kita terlepas. Apalagi karena kita masih mempunyai anak-anak lainya yang lebih besar dan juga memerlukan perhatian orang tuanya.
Tenang bunda... kita sedang diberi challenge oleh Allah. Mampu atau tidak kita melewatinya. Seperti yang baru-baru ini kualami.
Malam itu, saat aku dan anak bungsuku tidur, tiba-tiba aku dikagetkan. Ia memelukku dan aku langsung terbangun. Suhu badan anakku panas tak biasanya.
Tenang bunda... kita sedang diberi challenge oleh Allah. Mampu atau tidak kita melewatinya. Seperti yang baru-baru ini kualami.
Malam itu, saat aku dan anak bungsuku tidur, tiba-tiba aku dikagetkan. Ia memelukku dan aku langsung terbangun. Suhu badan anakku panas tak biasanya.
Kulihat jam di dinding. Pukul empat subuh.
Aku lalu mengajak si bungsu bangun. Minum obat penurun panas.
Caraku ini tak langsung berhasil.
Pagi harinya gadis kecilku ini (baru 3 tahun soalnya) kelihatan lesu dan tubuhnya masih saja panas.
Hatiku mulai dihinggapi perasaan was-was.
Dua orang kakaknya akan segera berangkat sekolah. Mereka akan mengikuti ujian semester ganjil hari ini. Malah si sulung juga menunjukkan gejala terserang flu.
Lalu bagaimana bisa aku membimbing mereka belajar, sementara dua dari tiga anakku sakit?
Bagaimana nilai hasil belajar mereka akan bagus?
Masalah ini hamba kembalikan padaMu, ya Allah... Sungguh Engkau maha pengasih lagi maha penyayang...
Malam harinya, kecemasan merambati hatiku lagi.
Malam harinya, kecemasan merambati hatiku lagi.
Saat itu sudah jam tidur sebenarnya. Sudah jam setengah sebelas malam.
Anakku ini sulit tidur, meski sudah kupeluk sejak tadi. Ia gelisah dan terus membolak-balikkan badan mencari posisi enak untuk tidur. Tetap saja gagal.
Lalu dengan manja ia minta diputarkandari hp, lagu Jawa bernuansa religi ciptaan Sunan Kalijaga, Ilir-ilir.
Si kecil ikutan nyanyi sambil matanya memejam.
Hatiku trenyuh.
Dalam keadaan sakit panas, anakku ini masih saja soleha. Ia sama sekali tak menangis meakipun terlihat sangat tak nyaman.
Ini adalah malam kedua.
Ini adalah malam kedua.
Entah jam berapa waktu itu. Anakku minta diantar pipis.
Suami yang tadinya pamit tidur, tiba-tiba bangun dengan wajah cemas.
Suami yang tadinya pamit tidur, tiba-tiba bangun dengan wajah cemas.
Digendongnya si kecil yang sesekali tampak gemetar. Dibawanya pipis di kamar mandi.
Menit berikutnya, suami meminumkan obat penurun panas. Lalu kembali menimang si bungsu sampai tertidur. Tidur yang gelisah tentunya.
Ia memandangi anak kami lekat-lekat.
Melihat itu aku tak bisa menebak apa yang dipikirkannya. Aku tak pernah melihat perhatiaannya pada anak pertama dan kedua kami sewaktu sakit panas, (sekalipun anakku terbilang jarang sakit).
Aku termangu saja melihat suami membalurkan asam jawa yang dicampur sedikit air ke seluruh tubuh dan rambut si kecil. Ini adalah resep obat tradisional untuk penurun panas.
Kutatap wajah suami iba dan penuh harap. Hatiku ciut.
Mengapa anak sepandai ini, harus sakit separah ini?
Di tengah malam seperti ini, kemana aku harus mencari pertolongan?
Puskesmas sudah tutup, dan uang tak ada. Kartu jaminan kesehatan pun tak ada, (ah, ceritanya panjang).
Aku ingin menelpon adik laki-lakiku, tetapi aku juga aku khawatir.
Tempat tinggalnya jauh... dan ia harus kerja besok pagi-pagi.
Ingin menelpon bapak, tapi aku mau apa?
Bapak sendiri baru sembuh dari sakit batuk dan demam.
Ah, tiba-tiba hatiku menjadi sedih.
Anak sekecil ini, yang senang mengaji alif..ba..ta.., sedang sakit panas.
Sekali-sekali tampak gemetar.
Ah, bagaimana kalau panasnya tak turun-turun?
Apakah ia akan kejang atau step??
Sambil setengah tertidur, aku melontarkan pertanyaan.
Sambil setengah tertidur, aku melontarkan pertanyaan.
"Jam berapa ini?"
Suami menjawab, "setengah satu... "
Dalam hati aku berdoa,
ya Allah...berilah kesembuhan pada anak yang soleha dan peehatian padaku ini... Diasangat sayang padaku ya Allah...amin....
Subuhnya, aku terbangun dan mengerjakan sholat. Lalu berdoa lagi. Serasa hatiku mencapai titik terendah.
Di penghujung sholat, si kecil yang berada di dekatku, terbangun dan langsung menatap ke arahku.
Subuhnya, aku terbangun dan mengerjakan sholat. Lalu berdoa lagi. Serasa hatiku mencapai titik terendah.
Di penghujung sholat, si kecil yang berada di dekatku, terbangun dan langsung menatap ke arahku.
Ia mengerti aku masih dalam balutan mukena dan tengah berdoa.
Anakku ini kembali berbaring dan memeluk guling kecilnya.
Setelah selesai berdoa dan merapikan sejadah, aku memperhatikan bekas semalam.
Setelah selesai berdoa dan merapikan sejadah, aku memperhatikan bekas semalam.
Entah jam berapa suami tertidur. Karena di meja kecil anakku yang biasa ia gunakan untuk menggambar, tersedia beberapa telur rebus dan makanan yang sudah dimasak tapi sudah dingin lagi.
Aku menawarkan pada si kecil, tapi ia menolak. Selera makannya hilang. Termasuk kuning telur, yang biasanya dengan senang hati dihabiskannya, kali ini ia tak mau dimakannya.
Hatiku dirundung sedih.
Bisa dibillang, sepanjang dua malam sakitnya, hatiku turut dipermainkan oleh rasa was-was, takut, sedih, trenyuh, bahkan hancur.
Bisa dibillang, sepanjang dua malam sakitnya, hatiku turut dipermainkan oleh rasa was-was, takut, sedih, trenyuh, bahkan hancur.
Dalam situasi seperti ini, godaan setan akan menyusup masuk dan membisikkan berbagai hal agar kita sampai pada tahap putus asa.
Alhamdulillah, dengan segala syukur, si kecil akhirnya berangsur membaik dan mendapatkan kesembuhannya.
Alhamdulillah, dengan segala syukur, si kecil akhirnya berangsur membaik dan mendapatkan kesembuhannya.
Oya, sedikit catatan, selama sakitnya aku sengaja tak memakaikan baju lengan panjang ataupun celana panjang, yang malah akan menahan suhu badannya.
Aku juga tetap memandikannya.
Tetapi yang biasanya dua kali sehari, selama sakitnya menjadi hanya sekali dan tanpa keramas.
Minum obat penurun panas, dan banyak berdoa.
Nah, bagaimana dengan pengalaman bunda?
Nah, bagaimana dengan pengalaman bunda?
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dengan sopan.