script type= "text/javasript">if Catatan Cinta Ibu Langsung ke konten utama

Postingan

Rumahku di Pinggir Hutan

Foto: pribadi Kami  beruntung tinggal di area tanah yang luas. Sepintas suasananya seperti hutan memang. Ditemani pohon-pohon tinggi, tapi tak bisa dibilang besar. Di kejauhan nampak atap-atap rumah berjajar rapi khas perumahan. Di atas perbukitan pastinya. Lalu apakah kami merasakan kesan sunyi? Tentu saja iya.  Pagi hari burung-burung kecil pada ngoceh. Tapi tak berlangsung lama.  Sesekali juga terdengar suara tupai. Girang melompat mencari buah mangga yang baru dua biji. Maklum baru belajar berbuah, kata misua. Selain bentuk tubuh tupai yang lucu: badannya kecil dan ekornya mirip pembersih botol, ada hal nyebelin dalam diri si tupai. Setidaknya itu pengalaman misua yang gemes karena cempedak yang baru dua biji berbuah (loh...janjian ya dengan mangga) ludes pula dalam dua hari misinya. Tupai punya misi,   catat. Sebenarnya kami belum lama tinggal di sini. Tepatnya baru dua tahun. Dan pohon-pohon yang baru belajar berbuah tadi, adalah hasil tangan dingin bapak. Kondisi tanah untuk ber

Anakku dan Aku Beda Zaman

  A nakku dan aku beda zaman.  Wahh...gimana tuh maksudnya? Iya, kalau sekarang kita dah emak-emak, dulu di masa sekolah dasar kita sama sekali ngga kenal handphone, gadget, telepon pintar, dan seterusnya. Pun kalau ada sesuatu yang ingin diketahui, kita yang sekarang jadi emak,  dulunya hanya bisa duduk manis di perpustakaan membuka buku ensiklopedi. Buku ini, buku itu, pokoknya yang hobi baca, betah berjam-jam membaca karena ingin pintar. Begitulah. Sekarang aku seperti mendapat kejutan. Ternyata anak sulungku tak hafal beberapa wilayah di Indonesia. Sebut saja Bandung, Banyuwangi, Jember.  Lalu anak sulungku juga tak tahu SARA itu apa. Bahkan tak tahu para mantan Presiden. Aduh duh... Pe-er nih buat ibunya. Lalu kukatakan: "banyak melihat berita tv nak..." Tapi  aku tak usah terlalu berharap dehh. Beginilah kalau beda zaman. Saat si sulung kehilangan acara tv-nya, maksudnya film horor berganti tayangan acara lain, segera dia mengambil hp dan search. Saat aku kebingungan d

Cerita: Menuju Dirgahayu Indonesia

Foto: suara.com H ari ini cuaca cerah namun terasa sepi. Kalau kemarin matahari malu-malu menunjukkan kehangatan sinarnya, hari ini pagi-pagi langit sudah tampak terang. Sejurus kemudian cucian di tali jemuran ikut tertimpa sinar matahari. Alhamdulillah. Namun selaksa sepi menguasaiku.  Rasanya tak ada kicauan burung seperti hari biasanya. Tak ada suara jerit anak-anakku bermain. Sepagi ini mereka masih tidur. Tapi ralat deh...sudah jam delapan nol nol. Sudah saatnya bangun. Bukan pagi lagi, tapi menjelang siang.  Aku malah sudah selesai masak nasi dan membuat dadar telur.  Nasi hangat-hangat kuletakkan dalam kotak bekal, bersama dadar telur dan sambel di wadah lainnya. Menu sederhana. Terkadang saja berganti ikan dan sambel. Atau sesekali ada tambahan sedikit sayur. Hihi... Misua mbontot nih.. Aku ingat hari ini hari jumat. Dua anak perempuanku yang belajar online/sekolah daring, hari ini mendapat jadwal siang dua-duanya, sehabis sholat jumat. Biarlah mereka molor sedikit lagi, biar p

Cerita Idul adha: Balada bu Siti

SEBELAS tahun, bukanlah waktu yang sebentar untuk dijalani. Selama itu, seorang wanita, sebut saja bu Siti, bekerja tak kenal lelah untuk keluarganya. Mulai dari pekerjaan kecil, sampai akhirnya bu Siti dipercaya sang majikan untuk meng handle karyawan-karyawan lainnya.  Tak ayal, bukan hanya kenaikan gaji yang bu Siti dapat. Tetapi juga rasa hormat dari karyawan-karyawan lain. Pukul empat saat hari masih gelap, bu Siti sudah bangun sholat Subuh. Dalam sekejap ia sudah memanaskan perapian demi menyiapkan keperluan makan anak-anak dan suaminya. Karena setelah membereskan rumah dan mencuci pakaian, bu Siti harus segera berangkat kerja. Hari-harinya tak pernah tak sibuk. Di pedesaan yang tentram, bekerja dengan majikan kaya dan baik hati, bu Siti seakan ditenggelamkan waktu. Pundi-pundinya pun cepat terisi. Apa yang dia cita-citakan, seakan muncul di depan mata. Bu Siti adalah wanita luar biasa. Cintanya kepada keluarganya, melebihi batas jam yang ada. Ia tak mengeluh, meski setiap pulang

Asyiknya Minyak Telon

A pa yang paling nikmat saat menjadi ibu? Tentu adalah saat-saat bisa berdekatan dengan sang debay, lalu mencium pipinya yang mulus. Dan tentunya yang dicium wangi khas baby. Hmm... Jangan heran kalau setelah melahirkan,  Moms  takuuutt banget ketemu tanggal kapan harus masuk kantor lagi. Maunya sih cuti melahirkan diperpanjang aja gitu... Hehehe Tiba-tiba aja nih, putri sulungku yang sekarang menginjak tiga belas tahun bertanya, kenapa aku memakai minyak telon yang berbeda untuk mereka bertiga. Pertanyaan spontan ini terlontar saat kami nonton tv yang menayangkan iklan minyak telon bayi. Aku pun berpikir cepat untuk memberikan jawaban yang tepat. Tapi apa yaa... "Ibu mencoba merk lain, supaya kalian punya ciri sendiri-sendiri..." entah jujur apa tidak, jawaban itulah yang keluar dari mulutku.  Ingatanku pun segera melayang ke masa lalu. Saat aku punya bayi pertama, rasanya aku masih culuuun bangett! Tinggal di kota kecil, belanja pun hanya di warung dan pasar. Yang umumnya d

Luka Hati.

Menikmati pagi itu adalah  soal jiwa, soal batin . Dan mungkin orang tidak bisa melakukannya setiap hari. Karena setelah bangun tidur, Anda akan buru-buru mempersiapkan diri berangkat ke tempat kerja. Bahkan  sarapan   yang katanya harus  pun, seringkali Anda beralasan tidak sempat. Karena tempat kerja jauh, atau karena akan menemui macet. Suatu hari di jalan... Aku nelangsa, dan mungkin sedikit nyinyir.  Waktu itu aku sedang menaiki motor, bertemu dengan sepasang suami istri yang berseragam kantor daerah. Bukan bertemu. Tepatnya motor mereka berjalan di depanku. Saat itu masih pagi benar. Sekitar jam enam pagi. Sementara jam kantor di sini dimulai setengah delapan, kalau tidak salah. Seperti yang kukatakan tadi. Aku nyinyir.  Sesuatu bergelayut di hatiku.  Seakan menyalahkan mereka. Suami istri sepagi ini  sudah keluar rumah untuk bekerja. Jam berapa mereka bangun dan mandi? Mungkin saja saat azan subuh. Tapi mandi pada jam lima, aku tidak bisa membayangkan. Udara di sini ha

Anak Ibu, Jangan Saling Iri

Mencegah konflik kakak beradik sejak kecil, termasuk tugas seorang ibu, loh Moms. Dengan membiasakan mereka rukun sejak kecil, akan membantu anak-anak kita saling menyayangi dan perduli satu sama lain di usia dewasa. Hebat ya... Foto: dokpri Jika Moms bertanya-tanya, apa hubungannya rukun sejak kecil, dengan saling menyayangi di antara mereka di usia dewasa, jawabannya seperti membiasakan anak-anak menabung di masa kecilnya, agar kelak mereka pandai mengelola keuangannya. Semacam training  sedari kecil Moms. Lalu bisakah setiap Moms membantu mereka? Berikut tips nya: 1. Menyiapkan pola pikir     Tentu saja diawali dengan pola pikir tentang siapa kakak, siapa adik, agar anak-anak paham posisi masing-masing. Moms harus membuka pemahaman ini bahwa anak-anak seperti satu tubuh dengan saudaranya. Jika adik sakit, sang kakak juga akan sedih, dan sebaliknya. 2. Memberitahu peran masing-masing     Tak jarang dalam sebuah keluarga, hubungan persaudaraan berjalan begitu saja