script type= "text/javasript">if Catatan Cinta Ibu Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label spirit

Sedekah Untuk Keluargamu

Apa yang ada di benak moms, saat membaca info di grup orang tua murid  di sekolah, salah satu dari mereka mengalami kecelakaan dan pendarahan? Iya, langkah pertama aku langsung menelepon.  Kubayangkan wajah pesakitan ibu Dania akan sedikit senang manakala ada yang bertanya tentang keadaannya. Semakin kita berempati, kesusahan orang lain akan semakin terobati. Ah, indahnya persahabatan. D an saat seseorang menjawab teleponku di ujung sana, ternyata suara mungil putri ibu Dania, Bella.  "Mama di rumah sakit tante...mama kecelakaan...mama dijahit dagunya..." Alangkah nestapa gadis kecil sahabat anakku ini. Entah siapa yang menemaninya di rumah, saat semua orang fokus ke arah rumkit. "Itu tante...mama sudah pulang... mobilnya sudah datang..." pekik suaranya dengan nada gembira. "Ya udah nak...disambut dulu mamanya yaa...dibantu mamanya..." Telpon segera ditutup, tanpa jawaban. Aku menarik nafas, pikiranku melayang. Sebegini benar, tugas seorang ibu. Yang kutah

Rumahku di Pinggir Hutan

Foto: pribadi Kami  beruntung tinggal di area tanah yang luas. Sepintas suasananya seperti hutan memang. Ditemani pohon-pohon tinggi, tapi tak bisa dibilang besar. Di kejauhan nampak atap-atap rumah berjajar rapi khas perumahan. Di atas perbukitan pastinya. Lalu apakah kami merasakan kesan sunyi? Tentu saja iya.  Pagi hari burung-burung kecil pada ngoceh. Tapi tak berlangsung lama.  Sesekali juga terdengar suara tupai. Girang melompat mencari buah mangga yang baru dua biji. Maklum baru belajar berbuah, kata misua. Selain bentuk tubuh tupai yang lucu: badannya kecil dan ekornya mirip pembersih botol, ada hal nyebelin dalam diri si tupai. Setidaknya itu pengalaman misua yang gemes karena cempedak yang baru dua biji berbuah (loh...janjian ya dengan mangga) ludes pula dalam dua hari misinya. Tupai punya misi,   catat. Sebenarnya kami belum lama tinggal di sini. Tepatnya baru dua tahun. Dan pohon-pohon yang baru belajar berbuah tadi, adalah hasil tangan dingin bapak. Kondisi tanah untuk ber

Cerita Idul adha: Balada bu Siti

SEBELAS tahun, bukanlah waktu yang sebentar untuk dijalani. Selama itu, seorang wanita, sebut saja bu Siti, bekerja tak kenal lelah untuk keluarganya. Mulai dari pekerjaan kecil, sampai akhirnya bu Siti dipercaya sang majikan untuk meng handle karyawan-karyawan lainnya.  Tak ayal, bukan hanya kenaikan gaji yang bu Siti dapat. Tetapi juga rasa hormat dari karyawan-karyawan lain. Pukul empat saat hari masih gelap, bu Siti sudah bangun sholat Subuh. Dalam sekejap ia sudah memanaskan perapian demi menyiapkan keperluan makan anak-anak dan suaminya. Karena setelah membereskan rumah dan mencuci pakaian, bu Siti harus segera berangkat kerja. Hari-harinya tak pernah tak sibuk. Di pedesaan yang tentram, bekerja dengan majikan kaya dan baik hati, bu Siti seakan ditenggelamkan waktu. Pundi-pundinya pun cepat terisi. Apa yang dia cita-citakan, seakan muncul di depan mata. Bu Siti adalah wanita luar biasa. Cintanya kepada keluarganya, melebihi batas jam yang ada. Ia tak mengeluh, meski setiap pulang

Luka Hati.

Menikmati pagi itu adalah  soal jiwa, soal batin . Dan mungkin orang tidak bisa melakukannya setiap hari. Karena setelah bangun tidur, Anda akan buru-buru mempersiapkan diri berangkat ke tempat kerja. Bahkan  sarapan   yang katanya harus  pun, seringkali Anda beralasan tidak sempat. Karena tempat kerja jauh, atau karena akan menemui macet. Suatu hari di jalan... Aku nelangsa, dan mungkin sedikit nyinyir.  Waktu itu aku sedang menaiki motor, bertemu dengan sepasang suami istri yang berseragam kantor daerah. Bukan bertemu. Tepatnya motor mereka berjalan di depanku. Saat itu masih pagi benar. Sekitar jam enam pagi. Sementara jam kantor di sini dimulai setengah delapan, kalau tidak salah. Seperti yang kukatakan tadi. Aku nyinyir.  Sesuatu bergelayut di hatiku.  Seakan menyalahkan mereka. Suami istri sepagi ini  sudah keluar rumah untuk bekerja. Jam berapa mereka bangun dan mandi? Mungkin saja saat azan subuh. Tapi mandi pada jam lima, aku tidak bisa membayangkan. Udara di sini ha

Jadi Moms happy, yuk belajar....

Foto Pixabay Bolehkah ibu menyusui (busui) minum es? Bolehkah makan makanan pedas? Bolehkah saat saya sakit minum obat, tetapi tetapmemberikan ASI? Apakah bayi saya cukup kenyang? dan sebagainya....   Pertanyaan-pertanyaan ini kerap muncul di benak Moms  ya... Apalagi new moms... Foto Pixabay Menjadi ibu adalah pekerjaan mulia. Seekor anak burung saja, yang induknya mati tertembak oleh pemburu, moms akan iba melihatnya. Bagaimana tiga ekor anak burung di sarangnya bisa makan? Cicitnya kian melengking karena lapar. Sang induk burung tak kunjung datang. Anak-anak burung semakin kelaparan. Juga kehausan. Dan seterusnya. Jabatan sebagai "ibu"  akan dimulai sejak bayi kita hadir ke dunia. Berbagai rasa sakit demi memperjuangkan kelahirannya, akan menjadi pengalaman luar biasa. Lalu menyusui, merawat, mendidik, menjaga... alangkah mulianya.  Tetapi surga  memang tak akan didapat dengan cara yang mudah. Moms  harus ikhlas, harus berjuang, dan senantiasa menambah ilmu. Menjadi ibu ya

Sebuah surat kecil: Bahagiakah Kau Bersamaku

Foto: dokpri N ak, ibu ingin menulis surat terbuka untukmu. Ibu ingin mengenang kembali peristiwa yang sudah kita lewati. Semoga saat membaca surat ini, hatimu akan tersentuh, dan menjadi lebih dewasa dari sebelumnya. Nak, saat kau lahir, apakah kau tahu, ibu sudah menjadi IBU yang bahagia.  Kau adalah bayi cantik dan sangat sehat. Terlihat dari sinar di bola matamu. Bagai bintang kejora yang indah. Kau adalah anak pertama yang kumiliki. Dua adikmu  belum  lahir saat itu. Maka bukan waktuku saja yang melimpah untukmu, tapi hatiku. Kita punya banyak kenangan yang tak bisa kusebutkan semuanya di sini. Bagaimana kalau beberapa saja yaa, Nak. A pakah kau  ingat, dulu saat kau masih balita, sehabis mandi sore ibu mendandani dirimu. Kau cantik dan wangi. Lalu kita berjalan pelan ke mulut gang, berharap berpapasan dengan kedatangan Abahmu. Abahmu datang dengan sepedanya (sepeda sang bos yang dipinjamkan kepada Abahmu. Abahmu). Saat kita sudah menemukan Abahmu, kau akan dibawanya pulang sam

Ibu telah Berpulang

Foto: dokpri S eperti Anda yang tengah membaca tulisan ini, aku juga tidak akan lupa tanggalnya, kapan ibu berpulang .  Ibu telah melahirkan kita ke dunia. Dan sejak saat itu ibu selalu berjuang untuk kehidupan dan kebahagiaan anak-anaknya. Apalagi aku juga seorang ibu dari tiga anak perempuan. Aku seakan paham jasa-jasa ibu. Maka insya Allah aku tidak lupa memanjatkan doa untuk ibu. Sehabis sholat, maupun di waktu aku teringat dan terkenang akan ibu.  Aku tidak tahu, apakah ini arti kehilangan , atau kesedihan , atau bakti yang terakhir . Tapi begitulah. Aku sulit membuang bayang-bayang dan kenangan tentang ibu. Gambar-gambar ibu terbang menari-nari di pelupuk mata, melayangkan khayalan ke masa lalu. "Jangan terbawa jalan-jalan setan..." pesan adik laki-lakiku. Rasa kehilangan orang yang kita cintai, seringkali dianggap wajar, dan membuat kita larut. Menangis, meratap, meraung, semata-sema karena tidak rela dan sedih secara mendalam. Tapi aku tidak menangis, tidak

Menikmati Pagi untuk Energi

Foto: Ayra Amirah Moms, sebagian kita sudah tahu benar apa manfaat bangun pagi. Bahkan sudah melakukannya. Tapi sebagian yang lain lagi, memilih "memanjangkan" jam tidurnya sampai menjelang siang.  Bangun pagi adalah awal kita beraktifitas. Ada yang ke sawah, ada yang ke sekolah, ada yang ke kantor, ataupun hanya ke pasar. Nah pertanyaannya, mengapa kita sibuk seperti itu ya, Moms ? Apakah kita sudah masuk dalam suatu lingkaran? Kita sibuk mengejar dunia, dan senang hidup penuh rencana, target, dan cita-cita. Lalu setelah sekian lama, berbulan, bertahun, bergelut seperti itu, apakah kita jadi jenuh? Bosan dan butuh liburan? Moms,   coba perhatikan. Justru ada sebagian orang lain lagi yang mempunyai waktu lebih fleksibel.  Mereka lebih "mungkin" menyapa alam. Menghayati jengkal demi jengkal. Sungguh yang Allah ciptakan itu tidak sia-sia. Lalu bagaimana cara menikmati alam yang Allah berikan untuk kita manusia?  Simpke kok Moms. Cukup melangkahkan kaki ke

Belajar jadi Mom...

Moms, bagaimanakah rasanya "berhasil" jadi ibu? Pastinya bahagia dong... hehe, 100% malah. Moms telah mendapat karunia dari Allah. Selanjutnya adalah tanggung jawab yang memerlukan segenap energi, pengorbanan, dan cinta itu sendiri. Siapkah kita? Harus siap! Ada waktu seumur hidup kita untuk belajar dan menyempurnakannya. Lalu menerapkan pada anak-anak kita. Mereka adalah amanah dari Allah. Kalau kata kita "aset" di hari tua. Lalu bagaimana agar perasaan bahagia menjadi seorang ibu tadi bisa awet tanpa tercemar perasaan lain yang diibaratkan sebagai "racun"? Marah misalnya. Menjadi seorang ibu bukanlah pilihan, moms. Tapi kehendak Allah. Maka tanyalah kepadaNya setiap kita menemukan sandungan. Karena betapa pun murninya kasih sayang dan cinta ibu, anak-anak adalah individu yang baru saja mulai tumbuh dan berkembang. Mulai menjadi bayi mungil yang baru mengenal dunia, menjadi balita yang baru saja mengenal nasi, lauk, dan makanan lezat lainnya. La