Mengapa kupilih judul ini, tdak lain karena aku ingat anak perempuanku ke3. Dia masih kecil, dua setengah tahun.
Bisa kugambarkan bahwa dia cantik, mungil, lucu, dan soleha. Kecantikannya, sekalipun tak melebihi balita lainnya yang mengundang hati untuk mencium dan menggendongnya. Dia mungil... dan nyaman untuk dipeluk kapan saja. Sering membuat hati tersenyum, tergelak, terbahak... dan soleha karena hafal beberapa doa, serta hampir selalu ikut sholat di sampingku. Dan seperti judul yang kupilih, anakku ini selaluuu sayang ibu...
Harus kuakui, dari ketiga anak perempuan yang Allah berikan, mereka memiliki keistimewaan masing-masing. Aku pun tidak ingin memilih kasih pada salah satu dari mereka. Aku ingin jadi seorang ibu yang bijak. Ibu yang adil.
Tadinya, saat aku tengah mengandung, sempat terlintas dan was-was kalau-kalau perasaan kami (aku dan suami) saat kelahirannya nanti, tidak akan amazing seperti saat pertama kali kami dan Anda semua mempunyai bayi.
Ternyata aku salah. Allah maha adil. Dia memberikan perasaan takjub dan terhenyak dengan adanya sosok mungil dalam pelukan suamiku. Saat itu suamiku siap mengqomatkan anak perempuan kami. Sesaat ia menimang dan senyum pada wajah bayi kami, menciumnya dengan mesra. Air mataku menitik. Terima kasih ya Allah..
Kembali pada judul di atas, tidak ada sesuatu untuk mengukur siapa di antara anak-anak kita yang paliiiing sayang ibunya. Kecuali hati kita sendiri untuk merasakannya. Seberapa peka seorang anak kepada ibunya, seberapa mesra dan kasih sayang, atau seberapa "kejam" dengan ibunya.
Kejam? Wow...
Maksudnya, saat seorang anak berkata-kata kurang sopan kepada ibunya, berani menentang, atau membentak, yang sudah banyak terjadi baik anak usia prasekolah, sekolah, maupun saat sudah dewasa.
Adalah benar bahwa mendidik anak tidak mengenal batasan waktu. Selagi kita ada, orang tua mesti mendidik anaknya dengan cara atau metode yang disesuaikan umur dan psikologi mereka.
Aku kurang setuju jika dikatakan, sifat-sifat seorang anak adalah mengambil sebagian sifat orang tuanya. Bukankah riwayat tentang nabi-nabi telah membuktikan kebaikan akhlak, kesolehan seorang nabi, tidak lantas turun kepada anak-anak mereka. Dan pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tidak mutlak lekat pada kondisi orang tua-anak. Begitupun sejauh yang kuamati dari ketiga anak perempuanku, menunjukkan sikap dan berbeda-beda, khususnya dalam menunjukkan kelembutan hatinya, kepada aku ibunya.
Akhirnya, dalam doa-doa yang kutengadahkan dengan kedua tangan dan segenap hati ini, sebagai manusia yang lemah dan tidak mengerti rahasia yang Allah hendak berikan, aku meminta semoga anak yang begitu manis, Engkau panjangkan umurnya, dan Engkau tetapkan untuk terus menyayangiku sepanjang hayatnya, sampai hamba merenta dan tua, walaupun anak ini telah tumbuh dewasa dan pandai, bahkan kaya raya, hamba ingin ia selaluuu memeluk hamba, dengan penuh manja dan sayang, seperti yang dilakukannya saat-saat ini, amin.
Dan karena ingin menjadi ibu yang bijak, ibu yang adil, pengalaman kepada dua anak perempuanku yang lain, mesti kuambil hikmah tentang mereka. Mungkinkah kacamataku telah cukup bening melihat ini semua? Benarkah ibu sepertiku dan juga Anda, telah mempunyai ilmu yang cukup sehingga bisa merasakan cinta dari anak-anak kita yang lain, dalam bentuk yang lain.
Sedikit meneteskan air mata, anak-anak adalah anak-anak. Mereka selamanya butuh dilindungi dan dicintai. Bukan itu saja, anak-anak butuh seribu maaf terutama dari seorang ibu, yang kerap berkonflik dengannya. Anak-anak, seringnya menentang ketimbang mengiyakan, setidaknya bermuka masam saja sudah melukai aku, ibu yang tak terima saat bayimu digigit nyamuk, nak. Tak terima ayahmu membentak hingga kau menangis. Tak terima saat temanmu di sekolah menyakitimu.
Love you, my daughter...
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Silahkan berkomentar dengan sopan.