script type= "text/javasript">if Demokrasi Dalam Keluarga (karena aku sayang anakku) Langsung ke konten utama

Demokrasi Dalam Keluarga (karena aku sayang anakku)


Apa itu demokrasi?

Moms mungkin tahu, demokrasi lebih sering merujuk pada paham pemerintahan darirakyat, untuk rakyat. 

Nah,  bagaimana bila paham ini diterapkan di lingkungan keluarga? 

Sebuah keluarga yang sehat akan lebih mengutamakan hal-hal positip untuk mencapai tujuan yang hebat.  

Dan peran kita sebagai mom, cukup menentukan. 

Inilah yang ingin aku bahas, sesuai peranku dan anda pembaca blog perempuan. Teruskan membacanya ya...

Mengenai keluarga, masing-masing anggota mempunyai kedudukan dan fungsinya masing-masing. 

Moms sebagai istri, paling mengerti kebutuhan dan suasana hati kepala keluarga (baca:suami). 

Maka pandai-pandailah mencari waktu yang tepat untuk membahas suatu masalah. Suami juga manusia, sama seperti kita yang moodnya naik turun. 

Di saat suami happy, Moms bisa mulai mengutarakan hal-hal penting untuk diselesaikan. 

Ingat, hanya hal-hal penting.

Kita harus mensortir terlebih dahulu. Masalah kecil dan remeh-temeh, delete!  

Sebaliknya, saat suami sedang terpuruk, sahabat mesti tampil sebagai teman untuk menghibur dan menyemangati suami. 

Hal ini tidak mudah dilakukan karena yang kita hadapi adalah sesosok yang sedang sensitif. Jadi siapkan tenaga lebih yaa...

Selain peran mom tadi,  yang juga menentukan adalah komunikasi dalam keluarga itu sendiri. 

Komunikasi dua arah yang terbuka, ibarat tiang dalam demokrasi ini. Bentuknya bisa musyawarah keluarga maupun bincang-bincang lebih santai. 

Contoh klasik yang biasa kita dengar adalah pilihan untuk masuk sekolah lanjutan ataupun memilih jurusan di perguruan tinggi. Familiar kan, Moms...

Seorang ayah adalah pahlawan keluarga.

Sayang kan, jika atribut ini harus "ternoda" oleh arogansi saja? 

Sampaikan hal ini pada suami anda, bahwa ayah yang "ramah" akan lebih dicintai anak-anaknya ya Moms.

Menegakkan disiplin dalam keluarga tidak harus dengan teriakan, bentakan, atau ancaman. 

Sedini mungkin menghindarinya yaa...

Jangan sampai telinga anak-anak kita kebal duluan, baru merubahnya.

Sedikit ilustrasi, apakah Moms ingat kapan anak-anak mulai menolak pilihan kita untuk mereka? 

Yup! Saat mereka berusia satu tahun ke atas, anak-anak mulai dengan gelengan kepala saat baju yang anda pilihkan tidak berkenan di hatinya. Atau kelihatan malas menelan makan siangnya yang menurut kita, sudah sangat tepat.

Jangan marah dulu Moms... 

Kita harus memahami sudut pandang anak sekecil mereka. Apa salahnya jika toleransi itu dimulai dari bundanya sendiri. Ya kan...

Begitu pula saat anak-anak mulai memasuki taman kanak-kanak. Tidak jarang anak-anak menolak menu dalam kotak bekal mereka. 

Ingat Moms, merawat dan membesarkan anak adalah kerja keras. Jadi, kita lah yang harus mempunyai senjata lengkap menghadapinya. 

Semangatt!!

Contoh kasus jamak lainnya adalah mwmilih jodoh. Ups, jangan-jangan kita mengalaminya ya...

Di era seperti sekarang, untuk Moms yang sudah saatnya menikahkan anak-anaknya, aku sarankan untuk tidak kembali ke zaman Siti Nurbaya ya, agar keharmonisan keluarga tetap awet, hehe...

Back to topic, yang sesungguhnya ingin kusampaijan disini adalah kita para orang tua, berusahalah untuk jadi pendengar anak-anak kita sendiri.

Katakanlah lebih banyak ya daripada jangan. 

Mintalah alasan dan tanggung jawab dari pilihan mereka, bukan larangan dan kekangan.

Jiwa anak remaja sangat dinamis dan mudah memberontak. 

Biarkan mereka berangkat dari rumah, belajar dari kedua orang tuanya arti demokrasi. Mana tahu mereka bisa menerapkannya di luar sana, dan membawa negara kita lebih baik lagi. 

Memperbaiki, lebih baik dari " salah" terus-menerus lho, Moms... 

Bravo! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah surat kecil: Bahagiakah Kau Bersamaku

Foto: dokpri N ak, ibu ingin menulis surat terbuka untukmu. Ibu ingin mengenang kembali peristiwa yang sudah kita lewati. Semoga saat membaca surat ini, hatimu akan tersentuh, dan menjadi lebih dewasa dari sebelumnya. Nak, saat kau lahir, apakah kau tahu, ibu sudah menjadi IBU yang bahagia.  Kau adalah bayi cantik dan sangat sehat. Terlihat dari sinar di bola matamu. Bagai bintang kejora yang indah. Kau adalah anak pertama yang kumiliki. Dua adikmu  belum  lahir saat itu. Maka bukan waktuku saja yang melimpah untukmu, tapi hatiku. Kita punya banyak kenangan yang tak bisa kusebutkan semuanya di sini. Bagaimana kalau beberapa saja yaa, Nak. A pakah kau  ingat, dulu saat kau masih balita, sehabis mandi sore ibu mendandani dirimu. Kau cantik dan wangi. Lalu kita berjalan pelan ke mulut gang, berharap berpapasan dengan kedatangan Abahmu. Abahmu datang dengan sepedanya (sepeda sang bos yang dipinjamkan kepada Abahmu. Abahmu). Saat kita sudah menemukan Abahmu, kau akan dibawanya pulang sam

Asam-asam Peda (kuliner suku Banjar)

Ikan asin peda (foto: dokpri) Dari judulnya, aku sedang tertarik membahas satu masakan istimewa suku Banjar.  Aku sendiri bisa dibilang penikmat Asam-asam Peda.  Peda adalah nama jenis ikan asin yang banyak dijumpai di Banjarmasin dan Samarinda. Dua kota ini tak terlalu berdekatan jaraknya. Beda propinsi, malah. Tetapi banyak dari penduduk asli Banjarmasin dan sekitarnya yang merantau sampai ke kota Samarinda.  Samarinda sendiri mempunyai suku asli Kutai dan Dayak. Namun oleh beberapa faktor, kota ini sudah memikat orang-orang dari berbagai penjuru untuk datang dan menetap. Jadilah suku aslinya tak terlalu tampak. Alias kalah jumlah. Itu tadi sekilas tentang orang Banjar yang merantau sampai ke Samarinda. Nah, sudah kebiasaan perantau bila harus kangen masakan dari kampung halamannya. Terutama saat rindu pulang tapi tak pulang-pulang. Dari sekian banyak kuliner suku Banjar, yang mudah dieksekusi para "perindu" salah satunya adalah si ikan Peda. Ikan Peda adalah ikan asin yang

Ibu telah Berpulang

Foto: dokpri S eperti Anda yang tengah membaca tulisan ini, aku juga tidak akan lupa tanggalnya, kapan ibu berpulang .  Ibu telah melahirkan kita ke dunia. Dan sejak saat itu ibu selalu berjuang untuk kehidupan dan kebahagiaan anak-anaknya. Apalagi aku juga seorang ibu dari tiga anak perempuan. Aku seakan paham jasa-jasa ibu. Maka insya Allah aku tidak lupa memanjatkan doa untuk ibu. Sehabis sholat, maupun di waktu aku teringat dan terkenang akan ibu.  Aku tidak tahu, apakah ini arti kehilangan , atau kesedihan , atau bakti yang terakhir . Tapi begitulah. Aku sulit membuang bayang-bayang dan kenangan tentang ibu. Gambar-gambar ibu terbang menari-nari di pelupuk mata, melayangkan khayalan ke masa lalu. "Jangan terbawa jalan-jalan setan..." pesan adik laki-lakiku. Rasa kehilangan orang yang kita cintai, seringkali dianggap wajar, dan membuat kita larut. Menangis, meratap, meraung, semata-sema karena tidak rela dan sedih secara mendalam. Tapi aku tidak menangis, tidak

Indahnya Punya Tiga Anak Perempuan

Taman Balaikota Palu Punya tiga orang anak perempuan dalam rentang 9 tahun, rasanya sungguh luar biasa  Moms . Yang pasti seru dan bahagia.  Saya juga serasa diberi tantangan menghadapi keunikan dan hasrat mereka. Alhamdulillah  dengan berjalannya waktu, trik menghadapi anak-anak perempuan yang berbeda usia ini, dapat saya kuasai. Dan berikut ringkasannya: Awali dengan memberi pengertian Tentu setiap tindakan harus diawali dengan pola pikir.  Moms  bisa menerangkan hal mana yang baik, kurang baik, tidak baik, dan hal mana yang salah, beserta alasannya.  Gunakan bahasa yang mudah dipahami sesuai usia anak. Pekerjaan ini diibaratkan mengisi botol . Perlu takaran, kesabaran, bahkan berulang-ulang.   Tetapi lambat laun mereka akan mengerti. Beri waktu Hal apapun yang Moms  ajarkan kepada anak-anak, tidak akan secara express  diserap dan dilaksanakan oleh mereka. Bahkan setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk "mencerna"nya. Ada yang cepat paham, dan ada yang membutu

Menikmati Pagi untuk Energi

Foto: Ayra Amirah Moms, sebagian kita sudah tahu benar apa manfaat bangun pagi. Bahkan sudah melakukannya. Tapi sebagian yang lain lagi, memilih "memanjangkan" jam tidurnya sampai menjelang siang.  Bangun pagi adalah awal kita beraktifitas. Ada yang ke sawah, ada yang ke sekolah, ada yang ke kantor, ataupun hanya ke pasar. Nah pertanyaannya, mengapa kita sibuk seperti itu ya, Moms ? Apakah kita sudah masuk dalam suatu lingkaran? Kita sibuk mengejar dunia, dan senang hidup penuh rencana, target, dan cita-cita. Lalu setelah sekian lama, berbulan, bertahun, bergelut seperti itu, apakah kita jadi jenuh? Bosan dan butuh liburan? Moms,   coba perhatikan. Justru ada sebagian orang lain lagi yang mempunyai waktu lebih fleksibel.  Mereka lebih "mungkin" menyapa alam. Menghayati jengkal demi jengkal. Sungguh yang Allah ciptakan itu tidak sia-sia. Lalu bagaimana cara menikmati alam yang Allah berikan untuk kita manusia?  Simpke kok Moms. Cukup melangkahkan kaki ke